Tugas 3 Manajemen Strategik

TUGAS 3
SOFTSKILL MANAJEMEN STRATEGI

1. a. Jelaskan Model Analisis lingkungan Persaingan industri dari Michael Porter.  
    Jawab :
Didalam teori persaingan ada suatu teori dari Michael Porter yg sangat terkenal pada saat menganalisis persaingan atau competition analysis. Teori tersebut sangat sangat terkenal dengan istilah Porter Five Forces Model. Dalam five forces model digambarkan bahwa perusahaan juga bersaing dengan pesaing potensial perusahaan, yaitu mereka yang akan masuk, para pemasok atau suplier,para pembeli atau konsumen, dan produsen produk-produk pengganti. Dengan demikian. Ada lima kekuatan yg menentukan karakteristik suatu industri yaitu  intensitas persaingan antar pemain yg ada saat ini, ancaman masuk pendatang baru, kekuatan tawar menawar pemasok, kekuatan tawar pembeli, dan ancaman produk pengganti.
Berikut ini gambar Lima Kekuatan Pembentuk Persaingan Porter:
           

Secara umum, persaingan dalam terbentuk karena adanya lima kekuatan pembentuk persaingan seperti halnya yang dikemukakan oleh Porter.
1.      Rivalitas diantara penjual dalam  industry
Persaingan kompetitif di antara anggota industri, dimana perusahaan bersaing secara aktif satu dengan lainnya untuk mencapai daya saing strategis dan laba yang tinggi. 
2.      Kekuatan yang mendorong munculnya pendatang baru dalam  industry
Ancaman dari pendatang baru. Pendatang baru dapat membahayakan perusahaan-perusahaan yang telah ada, karena menghasilkan kapasitas produksi tambahan, dimana kapasitas tambahan ini akan menekan agar biaya bagi pembeli rendah, yang mengakibatkan turunnya penjualan dan laba bagi perusahaan yang ada dalam industri tersebut.
3.      Dorongan kekuatan dari perusahaaan lain yang menghasilkan produk substitusi
Ancaman dari produk pengganti.Apabila harga yang ditawarkan produk pengganti tersebut akan lebih murah/rendah dan mutu serta kemampuan kinerja produk pengganti tersebut sama atau melebihi dari produk sebelumnya.
4.      Kekuatan  tawar-menawar dari para pemasok
Kekuatan tawar menawar dari pemasok. Pemasok merupakan ancaman serius bagi perusahaan-perusahaan, jika berintegrasi ke depan ke arah industri pembeli. Misalnya, produsen pakaian yang memilih untuk membuka toko pakaian sendiri, sehingga menjadi ancaman bagi toko pakaian yang lain, terutama bagi toko yang dulu membeli pakaian dari produsen tersebut.
5.      Kekuatan  tawar-menawar dari pembeli.
Kekuatan tawar menawar dari pembeli, dimana pembeli lebih suka membeli produk dengan harga serendah mungkin. Hal ini mengakibatkan industri dapat memperoleh pengembalian ( laba ) serendah mungkin.

b. Sebutkan meliputi apa saja yang dimaksud dengan halangan masuk dalam persaingan? Kemudian jelaskan pengertiannya (2 aspek saja)
       Jawab : 
Monopoli bisa terjadi karena perusahaan–perusahaan lain menganggap tidak menguntungkan untuk masuk pasar, atau memang terhalang (dihalang– halangi) masuk pasar. Halangan masuk pasar disebut dengan istilah Barriers to Entery.

Halangan  masuk pasar dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

1. Alasan teknis (technical barriers to entery)
Ditinjau dari segi teknis, memang ada perusahaan yang bersifat memasuki suatu pasar tetapi terhambat secara teknis. Biasanya produksi untuk barang yang bersangkutan mencirikan biaya marjinal yang semakin menurun, dan level output yang memberikan biaya minimum sangat besar sekali. Dengan demikian teknologi produksi yang efisien adalah yang berskala besar saja, sedang yang beroperasi dengan skala kecil sangat tidak efektif. Modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan jenis produksi ini biasanya sangat besar.
2. Karena alasan hukum atau undang – undang (legal barriers to entery)
Kebanyakan monopoli murni tercipta karena alasan hukum atau undang – undang, bukan  karena alasan teknis atau ekonomis. Banyak monopoli yang diizinkan (dilindungi) dengan paten.

Secara mumu halangan masuk pasar bisa dibedakan antara halangan yang bersifat eksternal dan internal. Ada pula contoh di atas yaitu halangan teknis dan hukum termasuk halangan yang sifatnya eksternal. Dan ada pula halangan yang diciptakan pemonopoli itu sendiri, misalnya dengan menciptakan produk – produk atau teknik – teknik yang rumit dan menyusahkan. Teknik ini tidak sampai bocor pada perusahaan pesaing.

2. a. Jelaskan pengertian SWOT.
Jawab :
  Analisa SWOT adalah sebuah analisa yang dicetuskan oleh Albert Humprey pada dasawarsa 1960-1970an. Analisa ini merupakan sebuah akronim dari huruf awalnya yaitu Strenghts (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunity (kesempatan) dan Threat (Ancaman).

     Strenght adalah kekuatan yang dimiliki sebuah perusahaan. Kekuatan yang dimaksud adalah suatu kelebihan yang dimiliki perusahaan dalam mengelola kinerja perusahaannya. Antara lain kekuatan dalam mengolah input (SDA, SDM, modal, dan manajemen) untuk menghasilkan output yang bernilai tinggi serta dapat bersang di dunia bisnis.  
      Weakness adalah kelemahan-kelemahan yang dimiliki perusahaan. Dalam hal ini setiap perusahaan harus mampu meminimalkan dampak kelemahan yang mereka miliki terhadap kinerja perusahaan. Mereka juga harus mampu menindaklanjuti kelemahan yang mereka miliki agar dapat menemukan solusi dan strategi yang jitu untuk menembus pasar. 
     Opportunity adalah peluang perusahaan untuk meningkatkan daya saing serta untuk menciptakan inovasi-inovasi baru dalam pemenuhan kebutuhan berupa produk-produk yang berkualitas di pasaran. Peluang ini juga digunakan untuk memperluas jaringan pemasaran produk yang mereka hasilkan. 
     Threat adalah ancaman bagi perusahaan baik itu dari luar maupun dari dalam. Ancaman yang datang dari dalam dapat berupa adanya perpecahan yang timbul akibat suatu perbedaan tujuan dan pandangan antara satu divisi dengan divisi lain atau salah paham antar individu atau kelompok dalam sebuah organisasi perusahaan. Ancaman yang datang dari luar dapat berupa penilaian seputar dimensi makro, faktor-faktor ekonomi (naik turunnya harga bahan baku, krisis ekonomi), sosial budaya, pasar, biaya, pesaing, pelanggan, pemerintah, politik dan teknologi.

   b. Buat contoh analisis SWOT pada institusi /perusahaan
   Jawab :
            Analisis SWOT dalam Kasus Rokok Dji Sam Soe
S – Strenghts
Mencerminkan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan atau produk. Dalam kasus rokok Dji Sam Soe hal ini tercermin dari reputasi sebagai rokok dengan bahan tembakau yang berkualitas, memiliki rasa yang khas, dan telah teruji puluhan tahun lamanya. Kekuatan lain mereka adalah adanya penggemar yang fanatik dan loyal.
W – Weaknesses
Mencerminkan kelemahan yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau produk. Dalam kasus rokok Dji Sam Soe kelemahan yang mereka miliki adalah fakta bahwa rokok mereka merupakan rokok kretek yang otomatis memiliki kandungan tar dan nikotin yang tinggi. Hal ini boleh jadi merupakan titik lemah ketika selera masyarakat mulai mencari rokok yang rendah kadar nikotinnya. Selain itu, rokok ini juga telanjur dicitrakan sebagai rokok orang tua; sehingga rokok ini agak sulit melakukan penterasi kepada segmen pasar anak muda kota yang tumbuh pesat.
O – Opportunities
Mencerminkan peluang yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau produk. Dalam kasus rokok Dji Sam Soe, maka peluang yang mereka miliki adalah jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dan ini merupakan pasar yang potensial untuk produk mereka.
T – Threats
Mencerminkan ancaman potensial yang dihadapi oleh suatu perusahaan atau produk. Dalam kasus Dji Sam Soe, ancaman yang paling potensial adalah rencana pemerintah untuk membatasi iklan rokok, baik di media cetak, media luar ruang ataupun larangan mensponsori kegiatan musik dan olahraga. Pembatasan iklan tentu akan sangat berdampak negatif pada penjualan produk mereka. Selain itu, ancaman lainnya adalah kesadaran masyarakat yang makin tinggi akan kesehatan serta munculnya beragam kampanye anti rokok bagi generasi muda. Perda tentang larangan merokok di tempat tertentu juga merupakan ancaman sebab itu artinya membatasi ruang gerak para perokok, yang notabene merupakan pelanggan loyal mereka.

Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)


Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
Untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank melakukan kegiatan operasinya. Rasio ini membandingkan antara jumlah biaya operasional dan pendapatan operasional bank. Biaya operasional meliputi biaya bunga dan biaya operasional lainnya. Sedangkan pendapatan operasional meliputi pendapatan bunga dan pendapatan operasional lainnya. Mengingat kegiatan utama bank yang prinsipnya bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat), maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga.
Biaya Operasional  
                BOPO                    =                                                            x 100%
                                                   Pendapatan Operasional

Menurut Lukman Dendawijaya (2005:111), berikut ini adalah komponen pendapatan dan biaya operasional:
Pendapatan Operasional
Pendapatan operasional terdiri atas semua pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha bank yang benar-benar telah diterima. Pendapatan operasional bank secara terperinci adalah sebagai berikut:
1.    Hasil Bunga
      Yang dimasukkan ke pos ini adalah pendapatan dari hasil bunga (dalam rupiah), baik dari pinjaman yang diberikan maupun dari penanaman-penanaman yang dilakukan oleh bank, seperti giro, simpanan berjangka, obligasi, dan surat pengakuan utang lainnya.
2.    Provisi dan Komisi
Yang dimasukkan ke pos ini adalah provisi dan komisi yang dipungut atau diterima oleh bank, dari berbagai kegiatan yang dilakukan, seperti provisi kredit, provisi transfer, komisi pembelian/penjualan efek-efek, dan lainnya. Provisi adalah sumber pendapatan bank yang akan diterima dan diakui sebagai pendapatan pada saat kredit disetujui oleh bank. Provisi merupakan prosentase tertentu (biasanya antara 0,5 - 1 persen dari limit kredit) yang harus dibayar oleh calon peminjam (dibayar sebelum kredit dicairkan). Komisi adalah pendapatan bank yang merupakan beban yang diperhitungkan kepada para nasabah bank yang menggunakan jasa bank. Komisi juga lazimnya dibukukan langsung sebagai pendapatan pada saat bank menjual jasa kepada para nasabahnya. (Lapoliwa, 2000:268)
3.    Pendapatan atas Transaksi Valuta Asing Lainnya
Yang dimasukkan ke pos ini adalah keuntungan yang diperoleh bank dari berbagai transaksi devisa, misalnya selisih kurs pembelian/penjualan valuta asing, selisih kurs karena konversi provisi, komisi, dan bunga yang diterima dari bank-bank di luar negeri. Pendapatan yang timbul dari transaksi valuta asing biasanya berasal dari selisih kurs. Selisih kurs ini akan dimasukkan kedalam pos pendapatan dalam laporan laba rugi.
4.    Pendapatan Lainnya
      Yang dimasukkan ke pos ini adalah pendapatan lain yang merupakan hasil langsung dari kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan operasional bank yang tidak termasuk ke dalam rekening pendapatan di atas, misalnya deviden yang diterima dari saham yang dimiliki, pendapatan transaksi valuta asing, laba rugi penjualan surat berharga pasar modal, dan lain-lain.

Beban Operasional
Yang dimasukkan ke pos beban operasional ini adalah semua biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha bank yang diperinci sebagai berikut:
1.    Beban Bunga
Beban bunga adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank untuk diberikan kepada nasabah penabung dan nasabah deposan yang besarnya ditentukan oleh bank dan diberikan kepada nasabah dalam satuan waktu tertentu, misalnya harian atau bulanan. Biaya ini yang paling besar porsinya terhadap biaya bank secara keseluruhan. Biaya ini harus diantisispasikan dalam oleh bank pada penutupan tahun buku atau pada tanggal laporan.
2.    Beban (Pendapatan) Penghapusan Aktiva Produktif
      Pos ini berisi penyusutan/amortisasi/penghapusan yang dilakukan bank terhadap aktiva produktif bank. Aktiva produktif (Earning assets) adalah semua aktiva dalam rupiah dan valuta asing yang dimiliki bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya (Lukman Dendawijaya, 2005:61). Pengelolaan dalam aktiva produktif merupakan sumber pendapatan bank yang digunakan untuk membiayai keseluruhan biaya operasional bank termasuk biaya bunga, biaya tenaga kerja, dan biaya operasional lainnya. Yang tergolong dalam aktiva produktif yaitu :
a.              Kredit yang diberikan
b.             Surat berharga
c.              Penempatan dana antar bank
d.             Tagihan akseptasi dan transaksi derivatif
e.              Penyertaan
f.              Lainnnya


3.    Beban Estimasi Kerugian Komitmen & Kontijensi
Pos ini berisi penyusustan amortisasi/penghapusan atas transaksi ekening administratif. Komitmen adalah kontrak perjanjian yang tidak dapat dibatalkan (Irrevocable) secara sepihak, dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama telah dipenuhi (Lapoliwa 2000 : 238). Kontijensi adalah suatu keadaaan yang memungkinkan terjadinya tagihan atau kewajiban di masa yang akan datang.
4.    Beban Operasional Lainnya
Pos ini berisi semua pengeluaran yang dilakukan bank untuk mendukung kegiatan operasionalnya yaitu berupa:
a.         Beban Administrasi dan Umum, terdiri dari:
                                     1.          Premi asuransi lainnya
                                     2.          Penelitian dan pengembangan
                                     3.          Sewa dan Promosi
                                     4.          Pajak (tidak termasuk pajak penghasilan)
                                     5.          Barang dan jasa
                                     6.          Penyusutan/amortisasi/penghapusan aktiva tetap dan  inventaris dan amortisasi
      yang ditangguhkan.
b.        Beban Personalia, terdiri dari:
                                1.              Gaji dan upah
                                2.              Honorarium komisaris/dewan pengawas
                                3.              Pendidikan dan pelatihan
c.         Beban Penurunan Nilai Surat Berharga
d.        Beban Transaksi Valas
e.        Beban Lainnya : komisi/provisi dari transaksi derivatif, premi asuransi kredit, dan
         penjaminan dana pihak ketiga.

Pendapatan Non Operasional
Pendapatan non operasional adalah pendapatan yang diperoleh bukan dari kegiatan operasional (kegiatan pokok) bank. Pendapatan ini harus diakui sebagai pendapatan pada periode berjalan.
Pos ini terdiri dari:
a.       Sewa fasilitas gedung yang dimiliki oleh bank
b.      Keuntungan penjualan aktiva tetap dan inventaris
c.       Selisih kurs
d.      Hasil ofsetting kredit rekening antar kantor dan bunga antar kantor

Beban Non Operasional
Beban non operasional adalah pengeluaran atas beban biaya bank yang tidak lazim dalam kegiatan
usaha bank.
Pos ini terdiri dari :
a.       Denda/sanksi
b.      Selisih kurs
c.       Hasil ofsetting debet rekening antar kantor
d.      Lainnya
Semakin kecil rasio ini maka semakin efektif kemampuan bank dalam mengelola pendapatan dan
biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan operasional bank.

Dasar Hukum CSR


Tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) adalah suatu usaha yang secara sukarela dilakukan oleh organisasi untuk mengkomunikasikan dampak sosial dan lingkungan perusahaannya kepada masyarakat selain karyawan, pelanggan, maupun para investor yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum.
Dasar Hukum CSR
Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia pun telah mengakomodasi tentang akuntansi pertanggungjawaban sosial, yaitu dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 paragraf ke-9 : ”Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”.
Di Indonesia, tanggung jawab sosial perusahaan telah tercantum dalam UU PT No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya (Todung, 2008).
UU RI No.40 Tahun 2007 pasal 74 tentang Perseroan Terbatas (PT), terbagi menjadi 4 ayat, yaitu:
Ayat 1 :  Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Ayat 2 : Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran.
Ayat 3 :  Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana  dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ayat 4 :  Ketentuan lebih lanju mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pemanufakturan Fleksibel

20.24 by MaLoN 0 komentar

Pendekatan pemanufakturan fleksibel dibangun berdasarkan konsep “group technology’ untuk mengarahkan sekelompok mesin-mesin sehingga memungkinkan pola aliran yang sama. Salah satunya adalah penggunaan “cellular manufacturing”. Tujuan utamanya adalah meminimalkan antrian, meminimumkan waktu pemindahan melalui urutan-urutan tertentu, dan penaksiran mesin-mesin atau orang sehingga dapat mengeliminasi atau mengurangi ruangan pabrik. Pemanufakturan fleksibel didasarkan pada konsep “penyederhanaan-pengotomatisasian-pengintegrasian”. Yang meliputi ;
a.       Just In Time (JIT)
b.      Island of Automatic (IA) atau pulau otomasi
c.       Computer Integrated Manufacturing (CIM) atau pemanufakturan terintegrasi computer

1.   Just In Time (JIT)
Konsep JIT merupakan perwujudan penyederhanaan dan pengeliminasian pemborosan di pabrik. JIT adalah suatu filosofi yang memusatkan pada aktivitas yang diperlukan oleh segmen-segmen internal lainnya dalam suatu organisasi. Dengan filosofi Just in Time (JIT) perusahaan hanya memproduksi atas dasar permintaan, tanpa memanfaatkan tersedianya persediaan dan tanpa menanggung biaya persediaan.
Implementasi JIT adalah solusi biaya rendah untuk pemanufakturan dan pengeliminasian ketidakefisienan.
JIT mempunyai empat aspek pokok :
1.      Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus dieliminasi. Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya (pemakaian sumber-sumber ekonomi) yang tidak perlu, misalnya persediaan, sedapat mungkin nol.
2.      Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi. Komitmen diperlukan agar dapat mengerjakan sesuatu dengan benar pada saat pertama (doing things right the first time) sehingga produk rusak dan cacat sedapat mungkin nol, tidak memerlukan waktu dan biaya untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat meningkat.
3.      Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (continuous improvement) dalam meningkatkan efisiensi kegiatan. Komitmen ini merupakan salah satu upaya agar dapat dihasilkan produk yang bermutu tinggi dan berbiaya rendah.
4.      Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman terhadap aktivitas yang bernilai tambah. Komitmen ini sekaligus dapar membantu pengidentifikasian aktivitas yang tidak bernilai tambah sehingga aktivitas ini dapat dieliminasi.

JIT dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan seperti misalnya pembelian, produksi, distribusi, administrasi, dan sebagainya. Namun yang paling banyak menerapkan JIT adalah pembelian dan produksi.
1.      Pembelian JIT adalah system pembelian barang yang tepat waktu dan jumlah sehingga barang tersebut dapat segera diterima untuk memenuhi permintaan (perusahaan dagang) untuk segera digunakan (perusahaan manufaktur), dengan demikian barang tersebut tidak perlu disimpan di gudang atau persediaan nol.
2.      Produksi JIT adalah produksi yang tepat waktu dan jumlah sehingga lini produksi hanya berproduksi sejumlah yang diperluakn oleh tahap berikutnya sesuai dengan permintaan pembeli.

Pembelian JIT
Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas pembelian dengan cara :
1.      Mengurangi jumlah pemasok, dan akibatnya perusahaan dapat mengurangi sumber-sumber yang dicurahkan dalam negoisasi dengan pemasoknya.
2.      Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negoisasi dengan pemasok. Hal ini disebakan dalam JIT dapat dubiat persetujuan jangka panjang mengenai persyaratan pembelian, termasuk mutu dan mungkin harganya, dengan pemasoknya.
3.      Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.
4.      Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak berniali tambah.
5.      Mengurangi waktu dan biaya program-program pemeriksaan mutu.

Produksi JIT
Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara :
1.      Mengurangi atau meniadakan BDP dalam setiap stasiun kerja atau tahapan pengolahan produk (konsep persediaan nol).
2.      Mengurangi atau meniadakan “lead time” (waktu tunggu) produksi (konsep waktu menunggu nol).
3.      Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengurangi biaya setup mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan produk (workstation)
4.      Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas produksi yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.

2.        Island of Automatic (IA)
Konsep IA didasarkan pada konsep pengotomasian. IA adalah kumpulan proses produksi terotomasi secara terintegrasi, system pemindahan bahan, dan computer pengendali yang terintegrasi yang dikombinasikan ke dalam system yang digunakan untuk pengolahan berbagai macam produk.

Karakteristik IA :
¯  IA menggunakan secara intensif proses dan pengendalian terkomputerisasi
¯  IA merupakan salah satu teknologi pemanufakturan fleksibel untuk meminimumkan waktu setup dan menuju persediaan nol.
¯  IA menggunakan berbagai teknologi pemanufakturan maju yang secara bersama-sama digunakan untuk mengoptimalkan kinerja subkelompok mesin-mesin atau proses yang digunakan untuk menghasilkan lini produk tertentu.
¯  Salah satu alat IA adalah Robotik, yaitu pengolahan produk dengan menggunakan robot-robot untuk memindahkan dan memasang atau memproses produk secara otomatis dan terintegrasi oleh computer pusat yang dapat menjamin prosedur pengendalian terotomasi.
¯  Implementasi IA adalah memerlukan dana yang jumlahnya besar.

3.        Computer Integrated Manufacturing (CIM)
Sedangkan CIM mendasarkan pada system pengintegrasian. CIM adalah system pemanufakturan terotomasi seluruh pabrik secara terintegrasi yang dikendalikan dengan central processing unit (CPU) sehingga memiliki kapabilitas :
1.      Produk terancang dengan menggunakan CAD
CAD (Computer assisted design) adalah system perancangan dengan bantuan computer untuk standarisasi dan peningkatan produktivitas dalam perancangan.
2.      Rancangan teruji dengan menggunakan CAE
CAE (Computer assisted engineering) adalah system perekayasaan dengan bantuan computer untuk standarisasi dan peningaktan produktivitas dalam pembuatan draft dan pengujian produk.
3.      Produk diproduksi dengan menggunakan CAM
CAM (Computer assisted manufacturing) adalah seperangkat teknologi yang menggunakan computer untuk perancangan, pengimplementasian, dan pengendalian produksi melalui pemanfaatan kapasitas dan sumber pemanufakturan.
4.      Sistem informasi terkoneksi berbagai komponen terotomasi

Karakteristik CIM :
¯  Pengendalian produksi dengan CIM sifatnya lebih kompleks sedangkan
rancangan produksi biasanya lebih sederhana
¯  CIM menghubungakn proses pemanufakturan menjadi terhubung melalui system pengendalian terkomputerisasi
¯  CIM digunakan robot-robot dalam tahap perakitan dan produksi
¯  Dalam penerapan CIM terjadi pergeseran biaya tenaga kerja langsung yang
umumnya bersifat variable ke biaya tetap teknologi

TANTANGAN BAGI BANGSA INDONESIA
Pada era 1990-an dan awal abad 21 pendapat yang mengatakan bahwa Indonesia mempunyai dua keunggulan dalam menghadapi persaingan global seperti sumber daya yang melimpah dan tenaga kerja yang banyak dan murah mungkin tidak tepat karena :
1.      Sumber daya alam yang dimiliki bangsa kita semakin langka.
2.      Tenaga kerja yang jumlahnya relative banyak dan upahnya murah sebagian besar kurang memenuhi mutu yang diperlukan dalam lingkungan globalisasi.
3.      Penanaman modal asing yang menggunakan AMT relatif semakin menurun.
4.      Banyak industri tidak menggunakan teknologi maju sehingga menimbulkan biaya tinggi, mutu relatif rendah, ketepatan penyerahan kurang, dan kepuasan konsumen menjadi berkurang.
5.      Pasar global semakin memproteksi diri dengan membentuk kelompok perdagangan yang relative semakin tertutup, misalnya pasar bersama Eropa atau amerika sehingga produk Indonesia relative sulit menembus pasar ekspor.
6.      Pendidikan di Indonesia belum dirancang untuk menghadapi persaingan global.

Oleh karena itu, jika kita ingin memiliki keunggulan dalam persaingan global mungkin secara sadar harus beusaha untuk :
1.      Secara berkesinambunagn meningkatkan daya saing dlam persaingan global sehingga kita memiliki keunggulan jangka panjang.
2.      Pendidikan dan pelatihan bagi para tenaga kerja.
3.      Pemerintah harus merancang sarana dan prasarana penunjang bagi para investor baik dalam maupun luar negeri.
4.      Perlu meningkatkan penggunaan AMT sehingga produk Indonesia dapat berbiaya rendah, bermutu tinggi, meningkatkan ketepatan waktu penyeraha, menjual relative murah, dan dapat meningkatkan kepuasan konsumen.
5.      Dengan meningkatkan keunggulan industri dalam negeri diharapkan dapat mengatasi proteksi pada beberapa pasar bersama di luar negeri.
6.      Pendidikan dirancang untuk menghadapi persaingan global dan teknologi maju.